INBISNIS.ID,TERNATE– Kesadaran dalam pemanfaatan limbah pertanian dan kotoran hewan masih rendah dikalangan petani konvensional, sehingga petani cenderung menggunakan pupuk anorganik (Pupuk buatan pabrik) untuk usahatani, sehingga berdampak terhadap cost produksi.
Inilah yang menjadi dasar Program Kemitraan Masyarakat yang dilakukan Dosen Pertanian Unkhair, Idris Abdurahman, SP, M.Si dan Dr. Suratman Sujud, SP.M.Sc yang telah dilakukan dengan mitra berupa kelompok tani sayuran di Desa Ake Ara Jailolo Selatan Halmahera Barat yang dilakukan selama enam bulan sejak Mei hingga Oktober 2022.
Kepada INBISNIS.ID, mantan wakil dekan III Fakultas Pertanian Unkhair ini mengatakan bahwa Pemanfaatan limbah pertanian dan kotoran hewan sebagai kompos belum maksimal dilakukan oleh masyarakat tani dalam mengatasi kelangkaan pupuk di masyarakat tani, oleh karena itu pembuatan kompos merupakan alternatif dalam menciptakan pupuk alami yang dibuat oleh petani sendiri sehingga menjawab kelangkaan pupuk yang pada gilirannya meningkatkan kualitas kesehatan tanah, menghasilkan produk tanaman yang sehat, pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani.

“Kami menawarkan solusi yang dalam program kemitraan masyarakat yaitu penyajian materi pembuatan kompos, cara aplikasi ke tanaman, pendampingan dalam kegiatan usaha budidaya tanaman, penangan pascapanen sehingga produk tanaman bisa terjaga secara sehat. Dengan harapan petani sebagai mitra yang didampingi oleh mahasiswa dapat menghasilkan pupuk organik (kompos) yang dijual ke pasar, dari pupuk kompos tersebut mitra petani dapat meningkatkan produksi tanaman dan peningkatan pendapatannya”, demikian tutur Idris.
Dosen yang selalu disapa Pa kojek ini menjelaskan tahapan kegiatan dari sosialisasi, penyajian materi penyuluhan, pembuatan demonstrasi plot (demplot) pupuk kompos dan demplot budidaya tanaman dengan tahapan penyiapan lahan, persemaian, pembuatan petakan, penanaman, pemupukan, pengairan, pemeliharaan tanaman yang ddampingi oleh mahasiswa sampai panen dan pemasaran hasil budidaya tanaman yang diusahakan.
“Dengan kehadiran pupuk organik (kompos) diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi serta tingkat pendapatan petani sekaligus mengimbangi cost produksi yang dikeluarkan selama proses usahatani,” terang Pa Kojek
Dengan demikian lanjutnya, diperlukan pendampingan dan pemberian pemahaman kepada kelompok tani tersebut tentang teknologi yang mudah dipahami dan dikerjakan untuk pembuatan pupuk organik (kompos). Bentuk metode yang digunakan yaitu membuat demonstrasi plot (demplot) atau percobaan lapangan disekitar lokasi kelompok tani dan aplikasi kompos pada tanaman sayuran untuk menguji peran dan fungsi kompos (pupuk organik) terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan serta produksi tanaman.
“Tahapan yang telah kami lakukan dalam kegiatan ini adalah sosialisasi, pelatihan dan penyuluhan pembuatan kompos dan peranan kompos terhadap pertumbuhan tanaman terutama kubis, sawi, chaisin dan mentimun,” pungkasnya.
Komentar